Kota Slawi Tegal

Sedekah Bumi Waduk Cacaban: Tradisi Lestari untuk Menjaga Alam

Waduk Cacaban di Kabupaten Tegal kembali menjadi saksi digelarnya tradisi Sedekah Bumi, sebuah warisan budaya yang masih dijaga hingga saat ini. Ritual ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Jawa dalam menjaga keseimbangan antara alam, manusia, dan Sang Pencipta.

Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dan sumber daya alam yang diberikan, Sedekah Bumi juga merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah mewariskan kekayaan alam bagi generasi penerus.

Wilayah sekitar Waduk Cacaban sendiri masih memiliki tanah yang subur, udara yang bersih, serta air yang jernih tanpa kontaminasi limbah berbahaya. Oleh karena itu, Bupati Tegal Umi Azizah menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga dan mengelola sumber daya ini secara bijak.

“Sebagai generasi penerus, kita harus terus merawat dan memanfaatkan kekayaan alam ini dengan bijak, baik dalam bercocok tanam, budidaya ikan, maupun pengembangan sektor pariwisata,” ujar Bupati Umi Azizah dalam acara Sedekah Bumi Waduk Cacaban pada Selasa, 15 Agustus 2023.

Sedekah Bumi: Warisan Budaya Di Waduk Cacaban

Dari sudut pandang budaya, Sedekah Bumi merupakan salah satu tradisi yang tetap bertahan di tengah modernisasi. Sering kali, acara ini dikaitkan dengan perayaan Tahun Baru Saka, dan pada kesempatan ini, bertepatan dengan 1 Sura 1957 Saka Jawa.

“Tradisi Sedekah Bumi Cacaban adalah bagian dari budaya Jawa yang terus tumbuh dan berkembang. Ini adalah wujud nyata kepedulian masyarakat terhadap alam dan kehidupan yang harmonis,” jelas Bupati Umi Azizah.

Lebih dari sekadar prosesi ritual, Sedekah Bumi juga menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Kerusakan alam yang terjadi umumnya disebabkan oleh ulah manusia, seperti membuang sampah sembarangan ke perairan, mencemari lingkungan dengan limbah, serta menebang pohon di area yang memiliki fungsi hidrologis penting.

Melalui acara ini, masyarakat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan positif seperti penebaran benih ikan, penanaman pohon, serta pemberian pakan ikan. Selain itu, doa bersama dipanjatkan agar keberkahan terus mengalir dan alam tetap lestari.

“Masyarakat Jawa selalu mengedepankan keseimbangan ekologi. Jika kita merawat alam dengan baik, maka alam pun akan memberikan manfaat yang berkelanjutan,” tambahnya.

Mengembangkan Pariwisata Berbasis Budaya

Bupati Umi Azizah juga menekankan bahwa keberhasilan sektor wisata sangat dipengaruhi oleh harmoni sosial dan budaya yang terjaga di masyarakat. Dengan hubungan yang rukun dan kebiasaan gotong royong yang kuat, perkembangan pariwisata di Waduk Cacaban bisa semakin pesat.

“Tradisi Sedekah Bumi harus terus dilestarikan, dikemas lebih menarik, dan dipasarkan dengan pendekatan kreatif serta kekinian agar dapat menarik lebih banyak wisatawan,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menginstruksikan agar kawasan Waduk Cacaban semakin dipercantik dengan penanaman pohon peneduh dan bunga-bunga tahan panas, seperti bougenville, verbena, olander, dan lavender, yang minim konsumsi air namun tetap memperindah lanskap.

Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Tegal, Akhmad Uwes Qoroni, menyampaikan bahwa Sedekah Bumi bukan hanya memiliki nilai budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

“Harapannya, acara Sedekah Bumi Waduk Cacaban tahun ini membawa berkah bagi kita semua, serta semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor pariwisata,” tuturnya.

Dengan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap lingkungan, tradisi Sedekah Bumi Waduk Cacaban diharapkan terus berlanjut, menjadi simbol keharmonisan antara manusia dan alam, serta memberikan dampak positif bagi perkembangan daerah.

Exit mobile version