Site icon Slawi FM

Jaka Tarub dan Nawang Wulan: Antara Kesaktian, Pencurian, dan Cinta Sejati

slawifm.com

Jawa Tengah memiliki banyak cerita rakyat yang kaya akan makna dan nilai sejarah. Salah satunya yang paling terkenal adalah cerita Jaka Tarub. Kisah ini dipercaya sebagai latar belakang pembentukan Kerajaan Mataram Islam, yang akhirnya dituangkan dalam Babad Tanah Jawi.

Meskipun begitu, kisah Jaka Tarub, yang berkisah tentang seorang pria yang menikahi bidadari, lebih banyak berkembang secara lisan. Hal ini menjadikan cerita ini memiliki berbagai versi meskipun alur utamanya tetap serupa.

Dalam buku Legenda Jaka Tarub dan Perbandingannya yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, disebutkan ada beberapa versi cerita yang tersebar di berbagai daerah seperti Grobogan, Jepara, Magelang, Karanganyar, dan Tegal. Di daerah-daerah ini, masyarakat juga meyakini bahwa Jaka memiliki petilasan di tempat-tempat tersebut.

Kisah Jaka Tarub

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub, seorang pemburu dari sebuah desa. Suatu hari, saat sedang berburu burung di hutan, Jaka merasa tidak beruntung karena belum menemukan burung yang dia buru. Semakin dalam dia memasuki hutan, dia mulai mendengar suara perempuan yang sedang berbincang, bercampur dengan suara air yang mengalir.

Karena penasaran, Jaka Tarub pun mengikuti suara tersebut. Betapa terkejutnya dia ketika menemukan sekelompok bidadari yang sedang mandi di sebuah telaga. Kecantikan para bidadari itu membuat Jaka terpesona, dan sebuah ide nakal muncul dalam benaknya. Dia kemudian mencuri salah satu pakaian milik salah satu bidadari.

Setelah selesai mandi, para bidadari itu mengenakan pakaian mereka dan kembali ke langit. Namun, salah satu bidadari tertinggal karena pakaian miliknya hilang. Jaka Tarub, yang merasa iba, muncul dan meminjamkan kain kepada bidadari yang bernama Nawang Wulan tersebut. Nawang Wulan lalu diajak pulang ke rumah Jaka, dan mereka pun menikah.

Setelah menikah, Nawang Wulan, meskipun seorang bidadari, harus menjalani kehidupan manusia dengan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan mencuci. Namun, Nawang Wulan memiliki sebuah kesaktian. Setiap hari, dia hanya memasukkan sebutir padi ke dalam periuk, dan hasilnya akan menjadi nasi yang cukup untuk makan sekeluarga.

Namun, kesaktian itu hanya bertahan jika periuk tidak dibuka oleh siapapun, termasuk Jaka Tarub. Suatu hari, ketika Nawang Wulan sedang mencuci pakaian, dia berpesan pada suaminya untuk menjaga Nawangsih, anak mereka. Tetapi, rasa penasaran Jaka membuatnya melanggar pesan Nawang Wulan dan membuka periuk tersebut.

Betapa terkejutnya dia ketika melihat bahwa selama ini Nawang Wulan hanya menggunakan sebutir padi untuk memasak. Setelah itu, kesaktian Nawang Wulan hilang, dan dia harus memasak nasi seperti manusia biasa. Persediaan beras yang selama ini tidak pernah berkurang pun lama-lama habis.

Ketika persediaan beras semakin menipis, Nawang Wulan menemukan selembar pakaian yang hilang di lumbung. Pakaian itu adalah miliknya yang dicuri oleh Jaka Tarub saat pertama kali bertemu. Nawang Wulan kemudian menyadari apa yang telah terjadi, mengenakan pakaian tersebut, dan kembali berubah menjadi bidadari.

Setelah meninggalkan pesan pada Jaka Tarub untuk merawat Nawangsih, Nawang Wulan pun kembali ke kayangan, meninggalkan kehidupan manusia yang telah dia jalani.

Exit mobile version