Pendidikan

SMKN 2 Slawi Kembangkan Program Kemitraan Pertanian

Slawi – Dalam menghadapi tantangan global di sektor pertanian, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Slawi menunjukkan langkah progresif dengan mengembangkan program kemitraan pertanian. Program ini bertujuan memperkuat keterkaitan antara pendidikan vokasional dan dunia usaha, sekaligus mencetak lulusan yang siap kerja dan mampu berinovasi di bidang pertanian.

Sebagai sekolah kejuruan yang memiliki jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH), SMKN 2 Slawi menyadari pentingnya kolaborasi dengan dunia industri dan masyarakat tani. Kemitraan pertanian yang dikembangkan sekolah ini mencakup kerja sama dengan petani lokal, koperasi tani, serta perusahaan agribisnis dalam skala kecil hingga menengah.

Membangun Sinergi antara Sekolah dan Dunia Usaha

Program kemitraan pertanian yang digagas SMKN 2 Slawi didasarkan pada konsep link and match antara pendidikan dan kebutuhan lapangan. Kepala SMKN 2 Slawi, Drs. Budi Santosa, menyatakan bahwa kemitraan ini adalah wujud nyata dari komitmen sekolah dalam menciptakan lulusan yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktik yang mumpuni.

“Melalui kemitraan ini, siswa kami mendapatkan pengalaman langsung di lapangan. Mereka bisa belajar bagaimana mengelola pertanian secara modern, memahami rantai pasok, hingga memasarkan hasil panen,” jelasnya.

Salah satu bentuk kerja sama yang dijalankan adalah magang industri selama beberapa bulan di kebun mitra atau perusahaan agribisnis. Dalam program ini, siswa didampingi oleh guru pembimbing dan tenaga ahli dari mitra industri, sehingga pembelajaran menjadi lebih terarah dan aplikatif.

Implementasi Pertanian Cerdas dan Berkelanjutan

Selain menjalin kemitraan, SMKN 2 Slawi juga mengintegrasikan konsep pertanian cerdas (smart farming) dan pertanian berkelanjutan dalam proses belajar-mengajar. Teknologi seperti irigasi tetes, pengendalian hama terpadu, dan sistem tanam hidroponik telah mulai diterapkan di lahan praktik sekolah.

Dengan dukungan mitra, sekolah ini juga mengembangkan sistem informasi sederhana berbasis aplikasi untuk memantau pertumbuhan tanaman dan produktivitas lahan. Hal ini memberi siswa wawasan tentang pentingnya teknologi dalam meningkatkan efisiensi pertanian.

“Kami ingin agar siswa terbiasa berpikir kritis dan inovatif. Mereka tidak hanya menjadi pelaku, tetapi juga pencipta solusi dalam dunia pertanian,” ungkap Siti Maesaroh, salah satu guru ATPH.

Memberdayakan Petani Lokal dan Wirausaha Muda

Program kemitraan ini tak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi juga dirasakan oleh petani lokal di sekitar Slawi. Beberapa petani dilibatkan sebagai mitra praktik siswa, sekaligus mendapat pelatihan dari guru dan tenaga ahli sekolah.

Misalnya, dalam program demplot bersama, petani dan siswa menanam varietas unggul padi dan cabai dengan teknik yang diperbaharui. Hasil panen yang meningkat menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi ini membawa dampak positif.

Tak hanya itu, SMKN 2 Slawi juga mendorong siswanya untuk menjadi wirausaha muda di bidang pertanian. Lewat program Teaching Factory dan koperasi siswa, hasil pertanian seperti sayuran hidroponik, pupuk organik, dan bibit tanaman dijual kepada masyarakat. Pendapatan yang diperoleh digunakan untuk mendukung kegiatan kewirausahaan siswa.

Tantangan dan Harapan

Meski menunjukkan hasil yang menggembirakan, pengembangan program kemitraan ini tentu menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya adalah keterbatasan sarana prasarana, adaptasi teknologi, serta perlunya komitmen jangka panjang dari mitra usaha.

Namun pihak sekolah tetap optimis. Dengan dukungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan berbagai pemangku kepentingan, SMKN 2 Slawi berharap program ini bisa menjadi model pengembangan pendidikan vokasi yang relevan dan berdaya guna.

“Kami ingin program ini berkelanjutan. Harapannya, lulusan SMKN 2 Slawi bisa menjadi motor penggerak pertanian modern di daerahnya masing-masing,” ujar Kepala Sekolah.

Menuju Masa Depan Pertanian yang Lebih Baik

Langkah SMKN 2 Slawi dalam mengembangkan kemitraan pertanian merupakan contoh bagaimana sekolah vokasional dapat memainkan peran strategis dalam pembangunan sektor pertanian. Dengan menjembatani dunia pendidikan dan industri, sekolah ini telah membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya soal teori di kelas, tetapi juga aksi nyata di lapangan.

Ke depan, program seperti ini layak untuk direplikasi di sekolah-sekolah lain, khususnya di wilayah agraris. Dengan sinergi yang kuat antara sekolah, industri, dan masyarakat, masa depan pertanian Indonesia akan lebih cerah dan berkelanjutan.