Pada era kolonial Belanda, Semarang-Cheribon Stoomtram Matschappij (SCS) merupakan perusahaan kereta api swasta yang mengoperasikan perjalanan kereta dari Semarang ke Cirebon. Meski menghubungkan dua kota besar tersebut, kantor pusat perusahaan justru terletak di Tegal, yang jauh dari kedua kota tersebut dan agak lebih dekat dengan Cirebon.

Ada alasan khusus mengapa Tegal dipilih sebagai lokasi kantor pusat. Berdasarkan buku Melihat Sejarah Tegal dari Sisi Nusantara dan Kolonial, pilihan ini disebabkan oleh posisi strategis Tegal pada abad ke-18 hingga ke-20, terutama karena adanya Pelabuhan Tegal yang penting di pesisir utara Jawa.

Perusahaan kemudian meminta arsitek Henri MacLaine Pont untuk merancang bangunan kantor pusat SCS pada tahun 1884 hingga 1911. Desainnya mengusung konsep Europesche architectuur in Indie, yaitu gaya Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis. Gedung tersebut diresmikan pada 1913, dan menjadi pusat administratif SCS.

Bangunan ini, yang sering disebut Gedung Birao, memiliki kesamaan dengan Lawang Sewu di Semarang dan menjadi saksi bisu sejarah Belanda hingga Indonesia merdeka. Setelah kemerdekaan, gedung ini dinasionalisasi dan dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia. Gedung SCS kemudian difungsikan sebagai kantor catatan sipil dan pernah disewakan untuk Universitas Pancasakti Tegal.

Pada tahun 2020, Pemerintah Kota Tegal dan PT KAI melakukan revitalisasi Taman Pancasila, termasuk Gedung SCS. Gedung ini kini berstatus sebagai cagar budaya dan sering dijadikan tempat kunjungan sejarah oleh instansi dan komunitas. Komunitas Tegal History, yang dipimpin oleh Bijak Cendekia Sukarno, sering mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dalam sejarah gedung ini. Ke depannya, gedung ini direncanakan akan menjadi museum untuk sarana edukasi sejarah bagi masyarakat.