
Bendungan Danawarih yang terletak di Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, bukan hanya berfungsi sebagai sarana pengaturan pengairan, tetapi juga menjadi simbol sejarah yang sangat bernilai.
Bendungan ini dibangun pada abad ke-16 oleh Ki Gede Sebayu, seorang tokoh yang dikenal sebagai pendiri Kabupaten Tegal pada 1585-1625. Selain itu, bendungan ini juga telah melalui berbagai perubahan penting, salah satunya renovasi oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa penjajahan.
Setiap lokasi memiliki cerita sejarah unik yang memberikan daya tarik tersendiri. Begitu pula dengan Bendungan Danawarih yang memiliki kisah menarik, yang kali ini akan dibahas oleh Radar Tegal berdasarkan informasi dari kanal YouTube Sarkub Indonesia mengenai sejarah dan asal-usul bendungan ini yang masih memberikan manfaat besar bagi masyarakat sekitar.
Asal Usul Bendungan Danawarih dan Jejak Sejarah Ki Gede Sebayu
Asal usul Bendungan Danawarih dapat ditelusuri pada masa Ki Gede Sebayu, yang menjadi pemimpin Kabupaten Tegal pada abad ke-16. Ia membangun bendungan ini dengan tujuan mengatur aliran air Sungai Gung (Kaligung) agar bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat untuk pertanian.
Pada masa penjajahan Belanda, bendungan ini mengalami renovasi besar-besaran. Pemerintah kolonial melakukan perbaikan struktur bendungan, termasuk pembangunan pintu air irigasi, untuk meningkatkan efisiensi sistem pengairan. Meskipun dilakukan renovasi, Belanda tetap menghormati keberadaan makam Ki Gede Sebayu yang berada di sekitar bendungan tersebut.
Peran Strategis Bendungan dalam Pengairan dan Ekonomi Lokal
Bendungan Danawarih tidak hanya berfungsi sebagai alat pengatur pengairan, tetapi juga memiliki peran penting dalam perekonomian lokal. Selain mengairi sawah, bendungan ini juga memberikan sumber penghidupan bagi para penambang pasir dan batu yang bekerja di sekitar area tersebut.
Air yang mengalir dari bendungan menjadi vital untuk keberlangsungan pertanian, sementara penambangan pasir dan batu di sekitar bendungan memberikan pemasukan bagi banyak orang. Bahkan, Bendungan Danawarih kini menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup populer, menarik perhatian banyak pengunjung dengan pemandangan indah serta sejarah yang terkandung di dalamnya.
Keunikan Struktur Bangunan dan Pengaruh Belanda
Meskipun telah direnovasi, Bendungan Danawarih tetap mempertahankan beberapa elemen struktural yang berasal dari masa Belanda, terutama pada bagian pintu air yang masih menggunakan mesin yang dipasang pada tahun 1927-1928. Pada bangunan ini juga terdapat tulisan “end gribet”, yang menjadi penanda bahwa struktur tersebut merupakan warisan dari era Hindia Belanda.
Dengan demikian, Bendungan Danawarih tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur untuk pengairan, tetapi juga menjadi sebuah penanda sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Sebagai salah satu situs bersejarah di Kabupaten Tegal, bendungan ini terus menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya lokal, serta menjadi destinasi wisata yang terus mengajak pengunjung untuk merenung, belajar, dan menghargai nilai sejarah yang ada.