
Tegal, sebagai salah satu daerah yang kaya akan industri sejak era kolonial Belanda, memiliki sejarah panjang dalam perkembangan sektor industri. Pada masa tersebut, banyak pabrik gula dibangun di kawasan ini, bersama dengan berbagai industri pendukung yang juga berkembang pesat.
Selain itu, Tegal dikenal sebagai salah satu penghasil teh terbaik di Indonesia, sebuah reputasi yang bertahan hingga saat ini. Menariknya, industri teh di kota ini telah berkembang sejak zaman penjajahan Belanda. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Graf Johannes van den Bosch, kebijakan cultuurstelsel atau tanam paksa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan Belanda yang menipis akibat perang pada tahun 1830-an.
Peran Penting Kebijakan Tanam Paksa dalam Industri Teh Tegal
Melalui kebijakan ini, rakyat Indonesia diwajibkan menanam komoditas bernilai tinggi, seperti kopi, tebu, gula, nila, dan teh. Tegal pun menjadi salah satu lokasi yang digunakan untuk penanaman teh pada era kolonial. Bibit teh dibawa ke Indonesia oleh J.I.L.L. Jacobson dari China, dan percobaan pertama untuk menanam teh di Karawang gagal. Namun, percobaan kedua di Bandung berhasil, yang kemudian mendorong Jacobson untuk diperbantukan sebagai Inspektur Budidaya Teh.
Setelah berhasil di Bandung, penanaman teh pun diperluas ke daerah-daerah lain, termasuk Tegal. Pada tahun 1846, kota ini menjadi salah satu pusat penanaman teh di wilayah Bumijawa, yang terletak di kaki Gunung Slamet. Teh yang ditanam di daerah ini merupakan jenis Camellia Sinensis, yang digunakan untuk membuat teh wangi melati yang terkenal.
Pabrik-pabrik teh besar di wilayah Tegal, khususnya yang berpusat di Slawi, semakin memperkuat posisi kota ini sebagai produsen teh terkemuka di Indonesia. Beberapa merek teh ternama seperti Tong Tji, Dua Tang, Teh Poci, dan Teh Gopek dikenal luas dan bahkan diekspor ke luar negeri. Selain itu, industri teh di kota ini juga mencakup berbagai jenis pabrik, dari skala besar hingga usaha rumahan.
Ciri khas teh Tegal terletak pada rasa dan aromanya yang berbeda dibandingkan dengan teh dari daerah lain. Mayoritas teh yang diproduksi di Slawi adalah teh wangi melati, di mana ada campuran bunga melati dalam teh tersebut. Hal ini menciptakan aroma harum yang khas ketika teh diseduh, memberikan rasa yang lebih nikmat dan menyegarkan.
Meskipun Tegal menjadi salah satu penghasil teh terbesar di Indonesia, wilayah ini tidak memiliki lahan teh yang cukup luas untuk memenuhi seluruh kebutuhan produksi. Oleh karena itu, banyak bahan baku daun teh yang didatangkan dari daerah lain, seperti Jawa Barat dan wilayah lainnya, untuk memenuhi permintaan yang tinggi di industri teh Tegal.