
Menurut buku Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur oleh IB Mantra dkk, cerita rakyat adalah bagian dari sastra lisan yang disebarkan melalui cerita dari mulut ke mulut. Ciri-cirinya termasuk adanya berbagai versi cerita dan tidak diketahui siapa penciptanya. Salah satu cerita rakyat yang berasal dari Jawa Tengah, khususnya Tegal, adalah kisah Si Gringsing dan Si Kasur, yang menggambarkan kisah sepasang suami istri yang diuji kesetiaan mereka, yang akhirnya berubah menjadi makhluk setengah ular.
Cerita Si Gringsing dan Si Kasur
Cerita ini, seperti yang dikutip dalam skripsi Food Gastronomy Sebagai Pembentuk Identitas Sosial oleh Dian Istiqomah dari UIN Walisongo Semarang, berasal dari Desa Lebaksiu Kidul di Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Di desa ini, banyak penduduk yang bekerja sebagai petani, termasuk pasangan pengantin baru, Gringsing dan Kasur. Mereka menjalani kehidupan yang sederhana sebagai petani.
Pada suatu hari, ketika Kasur sedang beristirahat di sawah, ia menemukan sebuah telur yang aneh. Kasur berniat untuk memakannya bersama istrinya, namun akhirnya ia memutuskan untuk memakannya sendirian. Setelah merebus telur itu dan memakannya, Kasur merasakan kejanggalan pada tubuhnya. Ia merasakan panas yang luar biasa dan segera mencari tempat untuk merendam tubuhnya, yakni sebuah lebak. Namun, yang mengejutkan, tubuhnya berubah menjadi setengah ular.
Gringsing yang mencari suaminya, merasa kebingungan karena tidak menemukannya di sawah. Setelah mencarinya, ia menemukan Kasur yang kini telah berubah wujud. Kasur menjelaskan kejadian yang menimpanya dan menawarkan sisa telur yang belum dimakan, dengan harapan sang istri mau membuktikan kesetiaannya. Tanpa ragu, Gringsing memakan telur tersebut, dan setelah itu tubuhnya pun ikut berubah menjadi ular.
Kedua orang tua Gringsing yang merasa cemas karena tidak melihat anak dan menantunya pulang, akhirnya pergi mencarinya. Mereka menemukan Gringsing dan Kasur yang sudah berubah menjadi manusia setengah ular. Rasa terkejut dan marah membuat mereka memutuskan untuk memisahkan pasangan ini. Gringsing dikirim ke Bukit Sitanjung, sementara Kasur di tempatkan di daerah Clirit, Kalibakung, Balapulang.
Cerita ini kemudian berlanjut, di mana mereka bertemu dengan seorang petapa yang dapat membantu mereka kembali ke wujud manusia. Petapa tersebut memberikan syarat bahwa mereka tidak boleh bertemu terlalu cepat. Mereka pun sepakat untuk berpisah, dengan Gringsing ditempatkan di Kaligung dan Kasur di Bukit Sitanjung.
Namun, setelah beberapa waktu, rasa rindu Gringsing kepadanya membuatnya nekat melanggar aturan petapa dan berusaha bertemu Kasur. Akibatnya, ketika Gringsing mencoba untuk mendekati Kasur, ia tersambar petir yang membuat matanya buta. Konon, mereka baru akan bisa bersatu kembali pada saat hari kiamat tiba.