
Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, khususnya Slawi, dikenal dengan produksi teh wangi melati yang legendaris. Kawasan ini memiliki empat pabrik teh wangi melati terbesar di Indonesia, seperti Teh Gunung Slamat (pencipta Teh Sosro dan Teh Poci), Teh 2 Tang, Teh Tongtji, dan Teh Gopek. Namun, ada satu merek teh legendaris yang dikenal khusus di Slawi, yakni Teh Tatah.
Sejarah Teh di Tegal
Pada masa pemerintahan Belanda, sekitar tahun 1830, sistem tanam paksa diterapkan untuk komoditas ekspor, salah satunya teh. Teh menjadi komoditas yang digemari oleh kalangan elit Eropa. J.I.L.L. Jacobson, seorang yang berasal dari Belanda, membawa bibit teh dari Taiwan ke Hindia Belanda dan mengujicobakan penanaman teh di daerah Bandung pada tahun 1832, yang akhirnya berhasil.
Sejak itu, budidaya teh berkembang pesat di berbagai daerah, termasuk di Tegal, yang dimulai pada 1846 di Bumijawa, di kaki Gunung Slamet. Di sana, kebun teh masih ada hingga kini, baik yang dimiliki individu maupun perusahaan teh wangi.
Teh Tatah: Merek Legendaris dari Slawi
Teh Tatah, yang dikenal di Slawi, didirikan pada 1928 oleh Lie Seng Hok, seorang imigran asal China. Awalnya, Lie Seng Hok memulai kariernya dengan bekerja kasar hingga akhirnya memutuskan untuk membuat teh wangi. Kisah keberhasilan Teh Tatah berawal pada tahun 1930-an, ketika dia belajar membuat teh wangi dengan resep khusus dari Tin Kang. Teh Tatah berhasil memasarkan produknya ke Jakarta, dan namanya mulai dikenal luas.
Namun, pada tahun 1960-an, persaingan bisnis mengakibatkan sabotase terhadap produk Teh Tatah yang menyebabkan reputasinya merosot, meskipun tetap diproduksi di Slawi untuk pasar lokal.
Proses Pembuatannya
Teh Tatah menggunakan bahan dasar daun teh hijau yang diproses dengan cara digoreng atau disangrai, lalu dicampur dengan melati. Proses pengeringan melati dilakukan pada malam hari, ketika bunga melati mengeluarkan wanginya yang khas. Melati yang digunakan berasal dari Pekalongan, yang dikenal sebagai pusat penghasil melati di pesisir utara Jawa. Selain melati pantai, ada juga melati gambir yang memiliki wangi sangat kuat.
Penutupan Pabrik Teh Tatah
Pabrik Teh Tatah beroperasi dengan banyak karyawan hingga tahun 1975, namun akhirnya tutup setelah sang pendiri meninggal dunia pada 1956. Di masa kejayaannya, Teh Tatah memiliki ratusan karyawan dan sangat populer di Tegal dan sekitarnya. Setelah tutup, berbagai pabrik teh baru muncul di Slawi, yang kini telah berkembang besar.
Tradisi Minum Teh “Nyipok”
Tradisi minum teh melati di Slawi dikenal dengan sebutan “Nyipok” atau moci, yang dilakukan dengan menggunakan poci kecil dan gelas tembikar. Proses minum teh ini biasanya dilakukan sambil ngobrol santai, ditemani dengan gula batu mungil dan kudapan khas Slawi, seperti tahu aci. Aktivitas ini memiliki kesamaan dengan tradisi minum teh di negara-negara Asia seperti China, Jepang, dan Korea, yang memiliki ritual tertentu dalam meminum teh.
Tradisi “Nyipok” ini mengingatkan pada kebiasaan Kongfu Cha di China dan Sado di Jepang, menjadikan teh sebagai bagian dari budaya sosial yang menghubungkan masyarakat dalam suasana santai dan penuh makna.