slawifm.com – Pada tanggal 18 Desember 2024, Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa dua warga negara Malaysia yang telah ditahan di Penjara Guantanamo selama lebih dari satu dekade akhirnya dipulangkan ke tanah air mereka. Keputusan ini menandai babak baru dalam kehidupan kedua pria tersebut dan menjadi sorotan internasional mengenai nasib tahanan di fasilitas militer yang kontroversial ini.

Penjara Guantanamo, yang terletak di pangkalan militer AS di Kuba, telah menjadi simbol kontroversi sejak dibuka pada tahun 2002. Fasilitas ini digunakan untuk menahan individu yang dicurigai terlibat dalam kegiatan terorisme setelah serangan 11 September 2001. Meskipun banyak tahanan yang telah dibebaskan atau dipindahkan ke negara lain, masih ada beberapa yang tetap ditahan tanpa proses hukum yang jelas.

Dua warga negara Malaysia yang dipulangkan adalah Mohd Farik Amin dan Muhammad Faris bin Abdul Razak. Keduanya ditangkap pada tahun 2002 dan 2003 di Pakistan dan Afghanistan, masing-masing, dan kemudian dipindahkan ke Guantanamo. Selama bertahun-tahun, mereka menjalani interogasi dan penahanan tanpa pengadilan yang jelas, yang menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai pihak.

Proses pemulangan kedua warga negara Malaysia ini melibatkan kerjasama antara pemerintah AS dan Malaysia. Setelah negosiasi panjang dan penilaian keamanan yang ketat, kedua pria tersebut akhirnya diizinkan untuk kembali ke Malaysia. Mereka tiba di Kuala Lumpur pada tanggal 18 Desember 2024 dan disambut oleh pejabat pemerintah serta keluarga mereka.

Pemulangan kedua warga negara Malaysia ini disambut dengan sukacita oleh keluarga dan kerabat mereka. Namun, kedua pria tersebut juga menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan normal setelah bertahun-tahun mengalami trauma dan isolasi di Guantanamo.

Mohd Farik Amin, yang berusia 45 tahun, mengungkapkan rasa syukur dan harapannya untuk masa depan. “Saya sangat bersyukur bisa kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarga saya. Saya berharap bisa memulai hidup baru dan berkontribusi kepada masyarakat,” ujarnya dalam konferensi pers di Kuala Lumpur.

Muhammad Faris bin Abdul Razak, yang berusia 42 tahun, juga menyampaikan rasa syukur dan harapannya. “Saya Medusa88 berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses ini. Saya berharap bisa kembali ke kehidupan normal dan membantu orang lain yang mengalami situasi serupa,” katanya.

Pemulangan kedua warga negara Malaysia ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi mereka dan keluarga mereka, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang nasib tahanan lainnya di Guantanamo. Organisasi hak asasi manusia dan beberapa pemerintah negara lain terus mendesak AS untuk menutup fasilitas ini dan memberikan keadilan bagi semua tahanan yang masih ditahan tanpa proses hukum yang jelas.

Pemulangan dua warga negara Malaysia dari Penjara Guantanamo menandai langkah penting dalam upaya internasional untuk menutup fasilitas yang kontroversial ini. Meskipun kedua pria tersebut kini telah kembali ke tanah air mereka, perjuangan mereka untuk menyesuaikan diri dan memulai hidup baru baru saja dimulai. Semoga kisah mereka menjadi inspirasi bagi upaya lebih lanjut dalam memastikan keadilan dan hak asasi manusia bagi semua individu yang terlibat dalam konflik global.