Ritual Jamasan Pusaka Kiai Plered Warnai Tradisi Tegal
Kalisoka, SLAWIFM.com – Dalam suasana malam yang hening dan khidmat, halaman rumah Kepala Desa Kalisoka berubah menjadi ruang sakral penuh doa dan tradisi. Puluhan warga bersama keluarga besar Kalisoka berkumpul sejak pukul 20.00 WIB, menyambut ritual penting dalam rangka Hari Jadi ke-424 Kabupaten Tegal: jamasan pusaka Tombak Kiai Plered.
Tak sekadar ritual simbolik, prosesi ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari napas budaya dan spiritualitas masyarakat Tegal. Doa-doa dibacakan bersamaan dengan lantunan ayat suci Al-Quran, menambah suasana syahdu di sekitar rumah yang tak jauh dari makam Pangeran Benowo.
Ritual Sakral Bernuansa Tradisi dan Spiritualitas
Jamasan pusaka adalah proses pembersihan secara spiritual terhadap benda pusaka seperti keris dan tombak. Malam itu, kembang tujuh rupa yang telah dicampur dengan air kelapa muda, jeruk nipis, dan minyak wangi disiapkan dalam wadah besar. Campuran ini digunakan untuk membersihkan Tombak Kiai Plered sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur.
Setelah doa keselamatan bagi Kabupaten Tegal dipanjatkan, pusaka utama tidak dijamas secara terbuka. Karena kesakralannya, prosesi dilakukan tanpa dokumentasi publik.
Namun, pusaka pendamping seperti tombak trisula dan beberapa keris lain tetap melalui proses jamasan. Mbah Waluyo, salah satu praktisi jamasan, memimpin pencucian detail menggunakan ramuan tradisional. Setelah dicuci, pusaka dikeringkan lalu dilumuri minyak wangi agar terjaga dari karat dan kotoran.
Tak hanya pusaka milik keluarga besar Kalisoka, warga yang datang pun turut membawa pusaka pribadi untuk ikut dijamas.
Tradisi yang Terus Dijaga dan Dimaknai
Kepala Desa Kalisoka, Dumeri, menjelaskan bahwa prosesi jamasan ini menjadi bagian penting dari rangkaian Hari Jadi Kabupaten Tegal. Kegiatan diawali dengan ziarah ke makam tokoh-tokoh penting seperti Ki Gede Sebayu di Danawarih, Amangkurat I di Pesarean, serta Raden Hanggawana dan Pangeran Purbaya di Kalisoka.
“Pagi sebelumnya, Tombak Kiai Plered diambil dari Pemkab Tegal. Malam ini kita jamas, dan besok dikirab ke Rumah Dinas Bupati. Lalu dari sana akan diarahkan ke kantor Pemkab,” ungkap Dumeri yang juga merupakan keturunan keluarga Kalisoka.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, kirab kali ini tidak disertai dengan Pataka Pakta Integritas. Menurut Dumeri, pakta tersebut merupakan komitmen birokrasi dan tak relevan disandingkan dengan pusaka tradisional yang sarat makna historis dan spiritual.
Tombak Kiai Plered, Lambang Spirit Warisan Leluhur
Tombak Kiai Plered bukan sekadar benda pusaka. Ia adalah simbol kekuatan, kepercayaan, dan keberanian yang dulu dimiliki oleh Pangeran Purbaya. Para sesepuh Kalisoka menyebut tombak ini sebagai “pusaka piandel” atau pegangan sakral yang diwariskan secara turun-temurun.
Sebagai ikon budaya Kabupaten Tegal, Tombak Kiai Plered bukan hanya dijaga fisiknya, tapi juga dijaga maknanya: tentang keyakinan, kekuatan moral, dan identitas daerah yang tak lekang oleh waktu. ***