Tegal, sebuah daerah dengan kekayaan budaya yang khas, menyimpan seni pertunjukan unik bernama wayang golek cepak tegalan. Seni ini merupakan salah satu keindahan warisan budaya lokal yang memiliki ciri khas tersendiri. Meskipun wayang golek biasanya dikenal sebagai seni pertunjukan khas masyarakat Sunda, Tegal memiliki versi yang berbeda dengan keunikannya sendiri, yaitu bentuk kepala datar pada wayang golek cepak.

Keunikan Wayang Golek Cepak Tegalan

Wayang golek cepak tegalan memiliki ciri khas yang membedakannya dari wayang golek lainnya, terutama pada bentuk kepala yang datar. Inilah asal-usul nama “cepak,” yang berarti datar.

Seni pertunjukan ini semakin istimewa karena dimainkan oleh para dalang berbakat asal Tegal, salah satunya adalah almarhum Ki Enthus Susmono. Beliau dikenal sebagai dalang inovatif yang mampu menyampaikan cerita dengan gaya unik, menyisipkan humor, dan tetap mempertahankan pesan moral yang dalam.

Pertunjukan Wayang Golek Cepak Tegalan

Wayang golek cepak tegalan telah berhasil menarik perhatian berbagai kalangan, termasuk generasi muda. Hal ini tak lepas dari penyajian cerita yang disampaikan dengan bahasa ringan dan lucu, tetapi tetap sarat makna.

Pesan moral yang disampaikan melalui pertunjukan ini seringkali relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mudah dipahami dan dihayati oleh penonton. Dengan pendekatan seperti ini, seni tradisional ini tetap hidup di tengah perkembangan zaman.

Sejarah Wayang Golek Cepak

Wayang golek awalnya dikenal dengan nama wayang golek menak, yang bercerita tentang kisah panji. Wayang golek cepak sendiri muncul pertama kali pada masa Panembahan Ratu di Cirebon (1540–1650). Ciri khas bentuk kepala datarnya menjadi alasan mengapa disebut “cepak” atau “papak.”

Pada masa pemerintahan Pangeran Girilaya (1650–1662), cerita wayang cepak mulai diperkaya dengan babad tanah Jawa dan sejarah Islam. Hal ini menunjukkan bagaimana seni wayang digunakan sebagai media untuk menyebarkan nilai-nilai agama dan budaya.

Peran Ki Enthus Susmono dalam Pelestarian Wayang

Salah satu tokoh penting dalam melestarikan seni wayang di Tegal adalah Ki Enthus Susmono. Beliau mendirikan “Umah Wayang” atau “Rumah Wayang,” yang menjadi tempat penyimpanan koleksi beragam jenis wayang, termasuk wayang golek cepak tegalan.

Tujuan utama dari pendirian Umah Wayang adalah untuk mengenalkan budaya wayang kepada generasi muda. Selain wayang, tempat ini juga memamerkan berbagai produk budaya khas Tegal, seperti batik dan topeng.

Ki Enthus juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar memainkan gamelan. Menurutnya, meskipun seseorang tidak harus menjadi ahli wayang, mengenal dan menghargai seni tradisional ini adalah langkah penting untuk menjaga warisan budaya.

Harapan untuk Masa Depan Wayang

Upaya pelestarian seperti yang dilakukan oleh Ki Enthus Susmono menjadi inspirasi bagi masyarakat Tegal dan generasi muda. Dengan adanya kesadaran untuk menjaga seni pertunjukan ini, wayang golek cepak tegalan diharapkan tetap eksis di masa mendatang sebagai warisan budaya lokal yang bernilai tinggi.

Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, seni ini perlu terus dihargai, dipelajari, dan dilestarikan, agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman. Mari bersama menjaga keunikan budaya leluhur ini, agar wayang golek cepak tegalan tetap hidup dan menjadi kebanggaan Tegal hingga masa depan.