slawifm.com – Indonesia saat ini menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan di Uni Eropa. Pasalnya, Indonesia memiliki “senjata” ampuh yang bisa menyingkirkan barang-barangnya. Kelapa sawit bertindak sebagai “senjata.”.

Bungaran Saragih, yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan mantan Menteri Pertanian pada 2000 hingga 2004, mengklaim bahwa keberhasilan industri minyak sawit Indonesia telah mengubah dinamika pasar. pasar minyak nabati dunia.

Saat ini, minyak olahan dari Uni Eropa, seperti jagung, kedelai, rapeseed, dan minyak bunga matahari, harganya lebih murah dibandingkan minyak sawit Indonesia.

Uni Eropa Takut Dengan Indonesia, Ini Alasannya
Uni Eropa Takut Dengan Indonesia, Ini Alasannya

“Minyak sawit memiliki harga yang jauh lebih kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya, yang telah mengubah jenis persaingan di pasar minyak nabati global dari persaingan harga menjadi persaingan non harga. Karena tidak mampu bersaing pada harga. Jadi mereka menggunakan non harga kompetisi,” ujarnya dalam acara advokasi Sawit pada Senin, 14 Agustus 2023, di Hotel Aryaduta Jakarta.

Menurut Bungaran, salah satu taktik yang sering digunakan oleh Uni Eropa untuk memerangi minyak sawit Indonesia adalah persaingan non-harga, dengan tujuan memerangi minyak sawit sebagai isu keberlanjutan dalam dampaknya terhadap ekonomi, masyarakat, dan lingkungan.

Kami setuju bahwa negara telah berkomitmen untuk membuat kelapa sawit berkelanjutan. ISPO (Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia) diadopsi bahkan sebelum itu. Karena kalah harga, persaingan di kawasan ini paling sedikit dimanfaatkan. Kita harus menang,” kata Bungaran.

Dikatakannya, ISPO sudah ada di Indonesia sejak 2011. Namun, ada persoalan: tingkat keberlanjutan yang dibutuhkan adalah keberlanjutan absolut, yang hanya mungkin secara teori dan tidak mungkin dalam praktik.