Bagi masyarakat Tegal, latopia adalah camilan legendaris yang wajib dikenali. Sekilas, kue ini terlihat mirip dengan bakpia khas Yogyakarta. Namun, meskipun tampak serupa, latopia memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya berbeda dan tak kalah lezat.
Ciri Khas Latopia Tegal
Sama seperti bakpia, latopia menggunakan tepung terigu sebagai bahan utama kulitnya. Namun, isian latopia lebih beragam dan menghadirkan banyak varian rasa seperti kacang hijau, gula aren, bawang, durian, susu, keju, cokelat, bahkan cokelat mete.
Biasanya, rasa kacang hijau menjadi pilihan standar yang mudah ditemukan di pasar tradisional atau toko makanan. Sementara itu, di pusat oleh-oleh khas Tegal, varian rasanya lebih inovatif dengan bentuk yang bervariasi. Contohnya, latopia kotak untuk isian kacang hijau, bentuk bulat untuk rasa cokelat, dan bentuk kotak memanjang untuk rasa lainnya.
Ukuran dan Tekstur
Dibandingkan bakpia, ukuran latopia cenderung lebih besar. Teksturnya juga lebih padat dan renyah, menjadikannya lebih tahan lama. Faktor ini membuat latopia cocok dijadikan oleh-oleh karena daya simpannya yang lebih baik.
Para penjual biasanya mengemas latopia dalam berbagai bentuk, mulai dari plastik sederhana, mika, hingga besek yang terbuat dari anyaman bambu.
Asal Usul dan Sejarah Latopia Tegal
Kemiripan latopia dengan bakpia bukanlah kebetulan. Keduanya merupakan pengembangan kuliner yang memiliki akar sejarah dari Tiongkok. Para perantau Tiongkok-lah yang pertama kali memperkenalkan kue sejenis ini ke wilayah Tegal.
Awalnya, hanya keturunan Tiongkok yang dapat membuat kue ini. Namun, seiring waktu dan akulturasi budaya, masyarakat Tegal mulai menguasai cara pembuatannya. Bahkan, mereka berhasil memodifikasi kue ini sehingga lahirlah versi khas Tegal yang kini dikenal sebagai latopia.
Harga dan Tempat Membeli
Latopia bisa dinikmati dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp1.000 hingga Rp5.000 per buah. Kue ini mudah ditemukan di pasar tradisional, toko makanan, pusat oleh-oleh, maupun penjual pia khusus di Tegal.
Latopia bukan sekadar camilan, tetapi juga simbol kekayaan budaya kuliner Tegal yang terus hidup dan berkembang. Jadi, jika berkunjung ke Tegal, jangan lupa mencicipi kue manis renyah ini!