slawifm.com – Jika Anda pernah bertanya-tanya siapa yang mengubah sejarah Kalimantan dengan menemukan cadangan minyaknya, dialah seorang insinyur pertambangan asal Belanda bernama Jacobus Hubertus Menten.
Menten, mantan insinyur di dinas pertambangan Belanda, secara tidak sengaja menemukan sumber minyak segar saat menjelajahi Kalimantan. Kehidupan Menten dan sejarah Kalimantan sama-sama berhasil diubah oleh sumber minyak ini.
Sekadar informasi, insinyur pertambangan lulusan Politeknik Delft Belanda ini bekerja di Departemen Pertambangan Hindia Belanda dan diserahi berbagai tugas. Mulai dari Kalimantan, Bogor, dan Bangka.
Tugas awal Menten di Kalimantan pada tahun 1882 adalah mencari batu bara di dekat Sungai Mahakam. Ia berhasil menemukan batu bara karena tidak ada kendala selama pencarian, serta mampu menjalin hubungan positif dengan Aji Muhammad Sulaiman, Sultan Kutai. Ia bahkan diberikan hak konsesi pertambangan batu bara oleh Sultan sebagai keistimewaan tambahan.
Namun ia memutuskan untuk keluar dari Dinas Pertambangan lebih awal agar bisa lebih leluasa memanfaatkan keistimewaan tersebut. Seperti yang diutarakan Burhan Djabier Magenda dalam East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy (2018), Menten langsung menggandeng Steenkolen Maatschappij Oost Borneo (SMOB) untuk mencari potensi lokasi penambangan batu bara setelah pensiun.
Sesuatu yang sama sekali tidak terduga terjadi selama proses pencarian ini. Ia secara tak terduga menemukan rembesan minyak saat menjelajahi pedalaman Kalimantan. Ketika dia menyadari bahwa itu adalah minyak bumi dan bukan hanya batu bara, dia berpikir bahwa itu adalah sumber daya yang sangat berharga.
Menten segera meminta izin konsesi eksploitasi minyak bumi yang mencakup seluruh wilayah Kutai, menurut buku Seize Balikpapan (2020) karya Handri Yonathan dan Petrik Matanasi. Pada tanggal 29 Agustus 1888, Sultan Kutai menyetujui dan mengesahkan konsesi Menten.
Namun Pemerintah Hindia Belanda tidak dapat melaksanakan proses pengeboran minyak karena kekurangan dana dan izin.
Alhasil, Menteri Sepuluh terus mencari investor sambil menunggu izin, dan sayangnya usaha tersebut gagal. Banyak perusahaan yang tidak menyertakan Menten dalam pengajuan proposal pengeboran mereka. Karena mereka yakin wilayah Kutai kekurangan potensi sumber daya yang mumpuni, mereka tidak tertarik.
Untungnya, Shell Transport and Trading Ltd. memberikan kabar positif di tengah banyaknya penolakan tersebut.
Perusahaan yang berbasis di London ini kemudian tertarik mendonasikan £1.200 untuk pengeboran minyak di Kutai. Nederlandsch Indische Industrie en Handel Maatschappij (NHIM), badan usaha milik menteri pertanian, didirikan dengan dana ini.
Pada tahun 1896, pengeboran dimulai segera setelah mendapat pendanaan dan otorisasi. Seiring berjalannya waktu, ia mulai melakukan pengeboran minyak dengan bantuan ratusan pekerja. Pada akhirnya, sesuai prediksi Menten, terdapat minyak bumi yang sangat melimpah di dua lokasi berbeda di bawah tanah Kutai, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Louise dan Sumur Mathilda.
Menten langsung menjadi “sultan” berkat penemuan itu. Kekayaannya meningkat karena tingginya permintaan minyak di Eropa. NIHM dan Sultan Kutai sependapat. Setelah NIHM berhasil memproduksi minyak sebanyak 32.618 barel per tahun, kekayaan setiap orang meningkat. Keberhasilan ini menyebabkan seluruh pelaku usaha yang awalnya menolak pinangan Menten pun berbondong-bondong ke Kalimantan.
Pengelola dua sumur minyak pertama di Kalimantan berganti seiring berjalannya waktu. Dari semula adalah NIHM, kemudian Bataafsche Petroleum Maatschappij (perusahaan patungan antara Royal Dutch dan Shell), dan kini dikelola oleh PT Pertamina EP Asset 5, unit usaha PT Pertamina (Persero), dan dikenal dengan nama NIHM. Lapangan Sangasanga.