Kue kamir, atau sering juga disebut khamir, merupakan salah satu kudapan tradisional yang menjadi ciri khas Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Hingga kini, kue ini tetap populer sebagai oleh-oleh ikonik dari daerah tersebut.

Asal-Usul dan Pengaruh Budaya

Di Kabupaten Pekalongan, kue kamir banyak diproduksi oleh komunitas warga keturunan Arab. Meski demikian, kue ini telah mengalami adaptasi cita rasa lokal yang menjadikannya lebih sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.

Uniknya, di Pemalang, penjual khamir sering menambahkan label “Arab” pada produk mereka. Menariknya, tidak semua produsen atau penjual berasal dari etnis Arab. Hal ini mencerminkan perpaduan budaya yang berkembang seiring waktu, terutama melalui perkawinan antaretnis dan kerja sama dalam berbagai bidang sosial.

Bahan Dasar dan Variasi Kue Kamir

Kue kamir terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, telur, mentega, dan tape. Ada pula varian yang menggunakan tepung beras sebagai pengganti tepung terigu. Di Pemalang, variasi rasa seperti kamir selai nanas dan kamir cokelat menjadi favorit banyak orang.

Sejarah Kedatangan Etnis Arab dan Budaya Kuliner

Sejarah menunjukkan bahwa kawasan Mulyoharjo dan Banyumudal di Pemalang merupakan perkampungan Arab yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kuliner setempat. Etnis Arab mulai berdatangan ke Indonesia sejak abad ke-7 dengan tujuan berdagang dan menyebarkan agama Islam.

Gelombang kedatangan mereka tersebar di berbagai wilayah pesisir Jawa seperti Pemalang, Pekalongan, Batavia, Cirebon, dan Makassar. Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah Hindia Belanda mengelompokkan etnis asing ke wilayah tertentu untuk mempermudah pengawasan. Hal ini melahirkan banyak daerah yang dinamai sesuai etnis, seperti Kampung Arab dan Kampung Keling.

Pengelompokan ini tak hanya mempermudah kontrol, tetapi juga mendorong pelestarian budaya dan tradisi masing-masing etnis. Etnis Arab di Pekalongan misalnya, mengembangkan beragam kuliner khas, termasuk kue kamir, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya setempat.

Kue kamir bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol persilangan budaya yang terus hidup dan berkembang hingga kini.